Wednesday, October 16, 2013

Teh Ustadz

Aku lupa tepatnya beberapa bulan atau mungkin setahun yang lalu, ada satu kajian rutin di hari rabu pagi. Kajian ini adalah bagian dari follow up untuk alumni DS VI yang membahas materi-materi akidah. Setiap ba'da Shubuh atau bahkan sebelum shubuh kami melakukan persiapan dari setting tempat (karena belum ada tempat menetap), sound system dan teh untuk ustadz.

Pagi itu, aku mendapatkan giliran untuk membuatkan teh untuk ustadz. Setelah shalat shubuh aku langsung ke dapur, nyalain kompor, masak air dan sambil menunggu matang aku pun bersiap-siap ke kelas. Teh ustadz pun selesai aku buat, aku taruh di meja ustadz sebelum beliau datang. Di tengah materi, ustadz pun "mencicipi" teh yang aku buat dan tiada terduga ustadz memujinya. Ustadz mengatakan bahwa beliau suka dengan teh yang masih panas dan manisnya pas, ustadz pun menanyakan siapa yang membuatnya dengan malu-malu aku pun mengangkat tangan dan mengatakan "saya ustadz".

Pujian yang diberikan ustadz membuat teman-temanku menyerahkan tugas membuat teh padaku untuk pekan berikutnya. Entah kenapa teh yang aku buat hari itu tidak seenak biasanya, kemudian ustadz mempertanyakan niatku. Ustadz mengatakan bisa jadi kemarin memang niatku hanya membuatkan teh namun niat berikutnya bisa jadi karena ingin dipuji. astaghfirullahal adzhim

Peristiwa itu terngiang-ngiang lagi dalam pikiranku, aku teringat pada pujian yang akhir-akhir ini datang dari orang-orang yang membaca blog ini. Saat awal-awal bikin blog, aku memang murni untuk belajar nulis dan membuang sampah pikiran dalam blog ini, tapi setelah pujian-pujian itu datang, aku pun tidak se produktif biasanya. Aku biasa dalam satu hari nulis satu atau dua kali tulisan, tapi dua hari ini aku benar-benar blank dan nggak tau apa yang ingin aku tulis.

Mungkin karena niatku tidak seperti dulu

No comments:

Post a Comment